Jumat, 01 Mei 2009

Pusat Pendidikan

PENDIDIKAN YANG BERPUSAT PADA ALLAH

Banyak teori pendidikan yang saat ini digunakan oleh sekolah-sekolah, maupun gereja-gereja. Namun tidak semua teori itu baik dalam pengertian sesuai dengan pandangan Alkitab sebagai landasan pelaksanaan PAK.

1. Pendidikan yang berpusat pada guru.

Disebut dengan Teacher Center Learning. teori ini adalah teori pendidikan tradisional, dimana guru dianggap sebagai sumber pengetahuan. Peserta didik hanya menerima apa saja yang diajarkan oleh gurunya. Teori ini sekarang dianggap usang, dan dianggap tidak lagi relevan, karena menghasilkan peniru-peniru yang tidak mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang relevan bagi masa depannya. Biasanya pada masa ini budaya berjalan stabil, kokoh, tanpa perkembangan yang mencolok, dan tanpa gejolak yang berarti dalam perkembangan budaya. Perkembangan budaya berjalan secara kondusif.

Teori ini mempersempit kontribusi peserta didik, dan membatasi hak-hak siswa. Pemikiran-pemikiran baru apalagi yang dianggap pemikiran yang tidak sesuai dengan pakem dan dianggap membahayakan budaya, agama, atau kekuasaan ditolak atau dihancurkan. Kelebihan teori ini adalah pemikiran-pemikiran yang bersifat destruktif bisa diminimalisir oleh karena pengetahuan telah dibingkai dalam pengetahuan guru. Kekurangannya, menjadikan siswa sebagai peniru yang tidak akan mampu mengembangkan pemikiran yang lebih relevan bagi permasalahan kehidupan.

Teori ini relevan di era tradisional, zaman dimana budaya perlu berjalan dengan stabil, oleh karena kepastian hokum yang belum matang, serta pengetahuan yang berkembang belum terlalu komplek seperti sekarang.

2. Pendidikan yang berpusat pada anak.

Teori yang berkembang sekarang ini adalah pendidikan yang berpusat kepada anak sering disebut dengan Student Center Learning. Guru bukan sebagai sumber utama ilmu pengetahuan, tetapi hanya fasilitator, motivator yang merekayasa terjadinya pembelajaran. Guru mengatur sedemikian rupa agar siswa dapat menemukan sumber-sumber pengetahuan, dan memilih pengetahuan yang relevan sesuai dengan minat dan bakatnya. Guru bukan penentu kebenaran bagi siswa, tetapi siswalah yang perlu memaknai kebenaran itu sendiri.

Teori ini mempersempit kontribusi guru, dan mengurangi hak-hak guru. Siswa diupayakan senyaman mungkin dapat belajar. Siswa tidak boleh mengenal arti kata kegagalan. Pendek kata teori ini mengupayakan sebuah system pendidikan tanpa “kegagalan”. Yang terpenting dalam pengetahuan bukan benar salahnya jawaban, tetapi pemaknaan pengetahuan itu.

Kelebihan teori ini, siswa dapat mengembangkan pemikiran-pemikiran baru, dan memaknai pengetahuan yang didapatnya, serta memilih pengetahuan-pengetahuan yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Siswa bukan hanya belajar tentang pengetahuan dari gurunya, tetapi memaknai pengetahuan jauh lebih penting, karena bisa jadi pengetahuan yang sekarang dianggap terbaik, dan mutakhir, bisa jadi di masa kehidupan mendatang sudah dianggap usang dan tidak relevan lagi. Dengan kemampuan memaknai pengetahuan siswa akan mampu mengembangkan (meng-up grade) pengetahuannya yang relevan bagi zamannya. yang Kekurangan teori ini, menjadikan apa yang dipelajari siswa kurang terkontrol dengan baik oleh guru. Hal ini menjadi berbahaya jika siswa memaknai dan menggunakan pengetahuan itu secara negative.

Teori ini lebih relevan dalam dunia pendidikan masa sekarang. Karena perkembangan pengetahuan yang begitu komplek dan membutuhkan spesialisasi agar mempu menjadi ahli di bidangnya. Selain itu, budaya dan pengetahuan berjalan (berubah) dengan sangat cepat sehingga apa yang diketahui guru dimasa sekarang bisa jadi tidak lagi relevan dimasa yang akan datang. Adalah tidak bijak memaksa siswa mempelajari sesuatu yang sesungguhnya tidak relevan bagi siswa itu ditinjau dari segi minat dan bakatnya.

Teori pertama dan kedua menjadikan manusia sebagai pusat, central dalam pendidikan.

3. Pendidikan yang berpusat pada alam.

Pendidikan masyarakat pedalaman atau pra modern, biasanya pendidikan yang berpusat pada alam. Focus pendidikan adalah bagaimana peserta didik dapat hidup survive di alam dan dapat harmonis dengan alam, dan unsure-unsur yang dianggap sebagai kuasa dibalik alam. Kemarahan alam menyebabkan kehidupan mereka menjadi kehilangan kebahagiaan, sukacita, karena ada bencana alam. Merusak alam sama dengan menyakiti dewa, sehingga mereka marah dan menimpakan tulah. Jadi pendidikan ini mengupayakan agar dewa-dewa jangan sampai marah, atau tepatnya alam jangan sampai marah sehingga menggunakan symbol dewa-dewa agar terjadi ketaatan.

Pada masa sekarang, model pendidikan ini mulai dilirik, dengan dipadukan dengan metode yang modern.

4. Pendidikan yang berpusat pada Allah.

Alkitab menjelaskan bahwa pusat pendidikan adalah Allah. Pendidikan dalam bidang studi apapun bermuara pada pengagungan Allah. Pendidikan yang berpusat pada Allah meyakini bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah Allah. Pendidikan yang berpusat kepada Allah justru memanusiakan manusia yang sesungguhnya. Pendidikan yang berpusat pada Allah menempatkan dalam posisi seimbang kontribusi guru maupun peserta didik. Hal ini dikarenakan baik guru maupun perserta didik berada pada posisi yang harus bertanggung jawab kepada Allah, dan sama sama belajar untuk bertumbuh dalam pengenalan akan Allah.

Pendidikan yang berpusat pada Allah menyangkut tujuan pendidikan, motivasi pendidikan, strategi pendidikan, kurikulum pendidikan adalah Allah. Out put pendidikan adalah pengagungan kepada Allah. Tujuan pendidikan adalah visi pendidikan. Visi pendidikan yang berpusat kepada Allah adalah visi yang selaras dengan firman Allah, membawa pengenalan manusia akan Allah. Motivasi pendidikan adalah memuliakan Allah dan memenuhi panggilan Allah. Adanya motivasi ini dikarenakan pendidikan harus diperntanggungjawabkan kepada Allah. Misi pendidikan tertuang dalam kurikulum dan dilaksanakan dalam strategi pendidikan. Misi adalah tindakan untuk meraih visi. Oleh karena itu dalam kurikulum maupun strategi pendidikan dirancang untuk memenuhi target visi. Seringkali kegagalan pendidikan Kristen adalah kegagalannya mengintegrasikan visi kedalam kurikulum dan strategi pendidikan. Bisa dikatakan antara visi dengan misi tidak berkorelasi secara signifikan. Peryataan visi misi hanyalah pelengkap dalam anggaran dasar dan statute, tetapi tidak dijabarkan dalam pelaksanaan pendidikan.

Secara umum dikatakan bahwa tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia. Hanya Allah yang sanggup memanusiakan manusia. Oleh karena itu pendidikan yang sesungguhnya adalah pendidikan yang berpusat pada Allah. Filsafat-filsafat pendidikan,

Pendidikan yang berpusat pada guru tidak bisa digunakan sebagai dasar PAK. Sebab PAK membutuhkan dasar yang tidak tergoncangkan dan berubah oleh zaman. Guru tidak memenuhi syarat sebagai penentu arah pendidikan. Pendidikan yang berpusat pada siswa juga tidak memenuhi syarat sebagai dasar PAK, sebab anak justru memerlukan pendidikan agar dapat menentukan arah hidupnya secara benar, karena itu jika anak sebagai pusat pendidikan, maka arah pendidikan akan ditentukan anak. Anak juga bukan merupakan dasar yang tidak tergoncangkan, maka tidak memenuhi syarat sebagai pusat pendidikan PAK. Pendidikan yang berpusat kepada alam juga tidak memenuhi syarat sebagai dasar pendekatan PAK, karena alam juga terboncangkan. Pernyataan Allah lewat Alam sudah rusak sehingga tidak mampu memperkenalkan Allah yang sejati.

Satu-satunya pendekatan yang layak digunakan dan memadai sebagai landasan pelaksanaan PAK adalah pendidikan yang berpusat pada Allah. Pendidikan yang berpusat pada Allah memuat konsekwensi visi, kurikulum , strategi, dan proses pendidikan diukur dan dilaksanakan dari sudut pandang Allah, bukan guru, anak, ataupun alam. Pendekatan Pendidikan yang berpusatkan pada Allah bukan berarti menolak keterlibatan guru, anak ataupun alam, tetapi ketiga pendekatan lain tersebut digunakan dibawah terang sabda Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar