Selasa, 08 Februari 2011

Keutamaan DOA


2 Raja-raja 19:1

Ketika kita sedang tidak punya uang, anak kita yang sekolah minta uang untuk bayar ujian, harus secepatnya, kalau tidak, tidak bisa ikut ujian. Langkah kita yang pertama apa? Berpikir siapa yang bisa kasih pinjaman, barang apa yang bisa di jual, cari uang dengan cara apa, atau kita berlutut dan berdoa. Kebanyakan kita adalah berusaha dahulu, mikirkan caranya dahulu, setelah ketemu caranya baru berdoa minta Tuhan memberkati cara kita. Ini berarti memaksa Tuhan mengikuti cara kita, bukannya kita mengikuti cara Tuhan. Doa yang paling sulit adalah ketika berdoa untuk mengikuti cara Tuhan. Doa yang paling sulit adalah mengatakan jangan kehendakku, tetapi kehendak-Mu.
Ketika pencapaian target menjadi begitu penting, dan kita dibatasi waktu yang sangat mendesak. Hal-hal yang sangat penting dan mendesak sudah di depan mata, dan masa depan sedang dipertaruhkan, Pilihan utama yang harus kita lakukan terlebih dahulu adalah berdoa.
Tidak berdoa sama dengan meletakkan hidup kita di tangan kita sendiri. Berdoa berarti meletakkan hidup kita di tangan Allah.
Ketika kita menghadapi masalah, persoalan hidup,kita tergoda untuk segera menyelesaikannya tanpa campur tangan Allah. Akibatnya kita menomor duakan doa. Kita begitu terburu-buru untuk bertindak, baru ditengah jalan kemudian kita ingat untuk berdoa.
Raja Hizkia berbeda dengan kita. Dia berdoa.
Hizkia sedang dalam persoalan yang mendesak. Bukan hanya nasibnya sendiri yang dipertaruhkan, tetapi nasib keluarganya dan nyawa rakyat bangsanya.
Dia bisa tergoda untuk menyerah saja, dari pada kalah. Dia bisa segera kumpulkan penasihat-penasihatnya yang hebat, untuk rapat dan mengambil sikap. Setelah itu baru berdoa.
Dia bisa saja tergoda untuk mengumpulkan barisan, tentara, mengatur strategi perang, atau mengatur strategi melarikan diri, memperlengakpi tentaranya untuk berperang,meminta tolong mesir. Setelah itu baru berdoa.
Bisa dibayangkan banyak sekali kerja dia yang sia-sia, karena ternyata Tuhan bekerja dengan cara yang lain.
Demikian juga kita. Seringkali kita menyusahkan diri dengan banyak hal. Persiapan-persiapan dan perencanaan yang matang, dan strategi-strategi yang semuanya itu membutuhkan biaya, tenaga, waktu, tetapi kita melupakan satu hal yang penting dan sebagai penentu, yaitu doa. Ketika kita mengatakan bahwa doa itu utama dan menjadi penentu maka kita harus menempatkan doa sebagai langkah utama dan pertama.